Pencegahan Banjir

Ahok Pede Jakarta Bebas Banjir Pakai Cara Ini

Jumat, 03 Mei 2024

|

Penulis: Ilyas Fadilah

0 Kali

Berita ini dilihat

0 Kali

Berita ini dibagikan

Ahok Pede Jakarta Bebas Banjir Pakai Cara Ini
Ahok - Foto: Grandyos Zafna

Detik Finance, Jakarta - Banjir di Jakarta menjadi persoalan serius bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun pemerintah pusat. Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan, upaya mengatasi banjir sebenarnya telah dilakukan sejak zaman Belanda hingga sekarang

Misalnya lewat pembangunan sungai buatan, kanal-kanal pengendali banjir, hingga sumur resapan. Ahok lantas menyebut banjir di Jakarta berkaitan erat dengan 13 sungai utama yang berlokasi di sana. Menurutnya, distribusi air harus merata ke anak-anak sungai, bukan malah dibendung.

"Jadi kalau tidak salah kita ada 13 sungai utama. Nah Belanda ada konsep di antara 13 sungai utama itu ada 1.300 lebih sungai-sungai, kali-kali kecil untuk menghubungkan. Kenapa? Teori ini ketika air datang banyak, air itu bukan dibendung. Kalau dibendung dia bisa meluap. Nah bagaimana caranya didistribusikan merata," katanya lewat unggahan video di channel YouTube Panggil Saya BTP, Jumat (3/5/2024).

Salah satu tujuan pembangunan kanal adalah untuk membelokkan air yang berasal dari sungai Ciliwung dan dari Bendungan Katulampa agar tidak langsung masuk ke pusat Jakarta. Kemudian untuk masalah banjir rob, presiden Soeharto sudah mengupayakan mengurangi genangan memakai pompa.

Namun, kalau hanya mengandalkan pompa untuk mengatasi banjir tentu butuh biaya mahal. Oleh karena itu dibangunlah sejumlah waduk.

"Lalu di zaman Pak Harto Mereka mulai menyadari kalau air laut lagi pasang ini kan nggak boleh air laut masuk ke dalam. Pakai pompa tidak bisa, pakai pompa kapasitas besar sekali, mau berapa uangnya kalau bisa pompa sampai 150 kubik per detik, itu pompa segede apa. Di situlah dibangun waduk. Dan rencana itu ada waduk di Barat, ada di Marunda, ada di Pluit," bebernya.

Dengan adanya waduk Ahok menilai pompa mampu bekerja membuang air ke laut. Tapi kemudian muncul masalah saat waduk-waduk tersebut dihuni masyarakat. Akibatnya terjadi pendangkalan dan kemampuan menampung airnya berkurang.

"Sayangnya waduk yang dibangun Pak Harto kemudian diduduki banyak orang sehingga terjadi pendangkalan, volume tampungnya jadi berkurang. Sungai-sungai juga (volumenya) jadi berkurang, tanggul tidak dirapikan, ada beberapa bolong. Ketika air laut pasang, ada pompa, air lautnya masuk lagi," ujarnya.

Saat menjabat Gubernur DKI Jakarta Ahok melakukan penataan dan perbaikan di area waduk. Ia juga sempat berencana membangun waduk di wilayah Marunda, dan dibantu dengan kanal-kanal yang ada menurutnya Jakarta tidak perlu takut air kiriman dari Katulampa.

"Saya mulai bereskan Waduk Pluit, diperdalam tanggulnya diperbaiki. Lalu saya mengerti sebetulnya kita tidak pernah takut Katulampa, apalagi ada Banjir Kanal Timur waktu Presiden Megawati. Nah di situlah kenapa saya waktu itu ingin membangun besar-besaran di Marunda," sebutnya

Ia menyebut orang-orang yang tinggal di aliran sungai juga harus dibereskan. Penduduk yang tinggal di area sungai dapat dipindahkan ke tanah-tanah yang dibebaskan pemerintah provinsi DKI Jakarta.

"Sayangnya ada 30 km yang belum selesai dari Ciliwung. Kalau itu semua selesai, Katulampa mau datang berapa pun nggak masalah selama bisa sodet ke Banjir Kanal Timur, Barat, kita bisa ada Waduk Pluit, terus 1.300 itu yang diduduki pedagang kita pindahkan ke tanah-tanah yang dibebaskan tadi supaya mereka tidak menduduki parti-parit, got-got antar penghubung tadi," paparnya.

Tanggul di Utara Jakarta juga harus diperbaiki. Ahok juga menilai pentingnya alat berat di setiap muara untuk terus melakukan penggalian supaya daya tampung airnya optimal.

"Lalu tentu kita ada pasukan biru, pasukan hijau. Kita tidak ingin lagi orang menyapu-menyapu daun, rumputnya dijatuhkan, dimasukkan ke lubang-lubang tali air itu. Dan semua got-got itu harus terus digali. Di situ kita terima kasih kepada pasukan biru yang terus menggali," katanya lagi.

Ahok menekankan got-got di Jakarta harus dibersihkan dari kotoran yang berpotensi menghambat aliran air. Untuk mengatasi banjir, kata dia, selain butuh kajian tapi butuh keberanian juga untuk melakukan eksekusi.

"Jakarta pasti bebas banjir kok, tidak ada masalah banjir selama tanggul, waduk, pompa-pompa, ada di daerah Selatan yang memang rendah, kan air dari atas ke bawah. Tapi kalau bentuknya mangkok mau tidak mau harus ada pompa. Ini pompa harus dijaga," ujar dia.